Senin, 30 Juni 2014

Beberapa Buku



Buku 1:

Sejuta Hati Untuk Gus Dur
Penulis: Damien Dematra
ISBN: 9789792253467
Stock buku: Persediaan terbatas
Jumlah halaman: 432
Tahun terbit: 2010-01-26
Bahasa: Indonesia
Harga: Rp. 59.160.00

Sinopsis: Novel ini diadaptasi dari skenario film Gus Dur: The Movie, yg awalnya direncanakan akan diputar di bioskop-bioskop Indonesia pada ulang tahun GusDur yg ke-70 pada Agustus 2010. Namun, berpulangnya sang tokoh pada sang Pencipta sangat mengejutkan semua pihak, termasuk sang penulis, sehingga lahirlah inisiatif spontan utk membuat versi novel sekaligus menggalang proyek pengumpulan Sejuta Hati utk Gus Dur. Dalam novel ini pembaca akan dibawa menyelami kehidupan seorang Gus Dur dari sebelum kelahirannya hingga akhir hayatnya. Semoga banyak manfaat yg bisa dipetik dari kehidupan sang tokoh besar, pahlawan kemanusiaan, bapak pluralisme, & guru bangsa ini.
1 Kabar Sedih utk Carlo - 7 2 Rasa Rindu kepada Kak Mauro - 17 3 Kita Semua Bersaudara Besar - 23 4 Sebuah Pesan Dari Mauro - 33 5 Harmonika Kesangan Mauro - 43 6 Merry Berharap Mama Baik-baik saja - 53 dst




Sejuta Hati Untuk Gus Dur

Masyarakat yang ingin memberikan hati untuk
Gus Dur dapat bergabung dalam grup facebook Sejuta
hati Untuk Gus Dura tau mengirimkan nama-nama
yang mau memberikan hati sebagai tanda cinta dan
belasungkawa ke damiendemitra@gmail.com.
Nama-nama  tersebut akan diabadikan dalam edisi
                                                                                        Selanjutnya buku ini.

                                
                                             * ada nama Aloeth Pathi di halaman 395 



 Buku 2 :


Saut Poltak Tambunan (SPT), seorang penulis senior yang tetap eksis hampir empat dekade (sejak tahun 1970-an). Pengarang ini dikenal dengan karya-karya dramatik dan sangat kontekstual. Ia merekam situasi di sekitarnya dengan baik lalu mengemasnya menjadi cerita yang sangat dekat dengan pembacanya. Benny Arnas yang menulis prolog dalam buku ini sampai-sampai memberi judul prolog ‘Belajar Membumikan Cerita dari Saut Poltak Tambunan’.
Cerpen-cerpen SPT begitu dekatnya dengan kenyataan, sehingga Benny Arnas, pengarang muda yang namanya sedang mencuat bahkan ‘menuduh’ SPT sendiri adalah tokoh-tokoh utama dalam cerpennya ‘Kampung Tamim, Tas Untuk Pak Bakri, Meja Makan, Si Nur, Berdamai Sesore itu, Mutasi,  dan Aku Punya Papa.
Khrisna Pabichara, cerpenis yang juga sedang naik daun, dalam epilog-nya menyatakan bahwa SPT telah menunjukkan profesionalitas, cinta dan gairahnya untuk mengarang, lewat keseriusan dan ketekunannya.  Seolah tak hendak berhenti, cerita terus mengalir tanpa mengenal kata usai atau tetapi. Bahkan, hingga kini, usia tak bisa menahan ambisi dan laju kreatifnya.
                  Dalam acara launching di Taman Kuliner – Kalimalang Jakarta Timur, Sabtu 2 April 2011, SPT meluncurkan launching karya terbarunya, sebuah kumpulan cerpen berjudul Sengkarut MEJA MAKAN.  Pembacaan ringkasan cerpen, puisi/musikalisasi, monolog dan petikan sasando Jitron Pah (finalis IGT) ikut meramaikan launching ini.
Mengapa memilih judul ini, SPT menjelaskan dalam pengantar : “MEJA MAKAN; di atasnya kita makan, melangitkan doa, berbagi ajar,  merajut kasih, mengasah aji. Di atasnya gelak kita gelar bahkan amarah kita umbar silang sengkarut. Di atasnya pula kita menenun cerita dan puisi, menggagas rencana dan resolusi, menghitung berkat, melantun syukur bahkan juga memintal sesal dan memirit sisa uang belanja.” (SPT)
Saut Poltak Tambunan – seorang novelis yang setia pada dunia penulisan, begitu komentar Ashadi Siregar (novelis, dosen pada UGM) pada novel SPT yang lain. Beberapa komentar tentang kepengarangan SPT menunjukkan pengalaman  menjadi pengarang  dengan thema yang kuat dan beragam.
SPT adalah penulis dengan thema-thema yang kuat. Sensitifitasnya sebagai penulis begitu tajam dan halus seperti yang Bang SPT tampilkan dalam 15 cerpen yang mempunyai banyak tokoh unik dengan kehebatan alur cerita. 15 cerpen yang luar biasa.
Ternyata menulis tak kenal batas usia. Lalu kenapa kita yang muda-muda tak memiliki semangat itu? Mari berkaca pada seorang SPT dan kita curi ilmunya.” (Reni Erina, Managing Editor Story Teenlite Magazine)
Buku kumpulan cerpen Sengkarut MEJA MAKAN berisi 15 cerita pendek dengan tema yang beragam.
”Tema-temanya unik dan seringkali tidak terduga. Sepertinya sederhana tapi mengejutkan. Bagaimana dari objek kecil ‘Meja Makan’ misalnya, bisa melahirkan ironi dan kegeraman sebuah potret besar tentang Negara.  Ada tokoh-tokoh kecil yang selalu dianggap tak berharga (tokoh pembantu dalam cerpen Si Nur misalnya), yang ditulis dengan karakter kuat dan mengharu-biru, yang telah melahirkan satu pemaknaan tentang harga kemanusiaan yang kita miliki. Ada kerinduan tentang kampung halaman yang menghasilkan berlembar-lembar pertanyaan tentang arti ‘kemajuan’ yang selalu diagung-agungkan. Kegeraman-kegeraman yang begitu kasar pada cerpen yang menggambarkan kehancuran sebuah peradaban yang melulu melahirkan kanibalisme antar manusia. Ataupun nilai-nilai cinta dan masa lalu yang begitu lembut dari hubungan dua manusia yang saling terasing dengan menawarkan beragam hal dengan cara yang begitu lugas, akan tetapi tidak kehilangan cara pandangnya yang khas.” (Hanna Fransisca, Penyair dan Prosais)
Momentum launching ini selain meluncurkan Kumpulan Cerpen Sengkarut MEJA MAKAN, juga sekaligus dimanfaatkan untuk sosialisasi dan penyerahan Talking Book ”KIAT SUKSES MENULIS NOVEL” kepada Himpunan Wanita Penyandang Cacad Indonesia (HWPCI). Yayasan Mitra Netra merekam suara Nuning Purnamaningsih (Penyiar Radio DFM) untuk talking book dari buku ditulis oleh SPT berdasarkan pengalaman pribadi sebagai pengarang. Talking Book (buku  ’Kiat Sukses Menulis Novel’ versi audio digital) ini dipersembahkan bagi mereka yang memiliki keterbatasan penglihatan (tunanetra) namun memiliki kemauan dan potensi yang besar untuk menjadi seorang penulis.
Dengan adanya talking book ini, Yayasan Mitra Netra dan SPT akan memberikan horison pengharapan baru bahwa keterbatasan penglihatan pun tidak akan dapat membelenggu potensi dan impian seseorang dalam menetaskan karya-karya yang kreatif, khususnya di bidang tulis-menulis.


Jakarta,  2 April 2011
Sebastiane Wardono
PR Selasar Pena Talenta

                 * Aloeth Pathi Ikut memberi komentar bersama kawan-kawan lainnya,
                                                 pada salah satu judul cerpennya : "Aku Punya Papa"



Buku Ketiga : Abah Yoyok ; Akal Sehat Menolak Paham Sesat


Muqadimah
Menuntut ilmu itu wajib dari ayunan sampai masuk liang lahat. Begitu kira-kira pesan Kanjeng Nabi Muhammad SAW kepada umatnya. Jika perlu, tuntutlah ilmu walau sampai ke negeri China sekalipun. Dalam perjalanan mencari ilmu kemudian saya kecemplung dalam sebuah komunitas yang menurut saya “nyeleneh”. Aqidah sama, syahadat sama, Al Qur’annya juga sama namun sudut pandang mereka tentang Iman dan Islam telah membuat dahi berkerut.
Iman “percaya” sama dengan “beo”. Syariat Islam yang kita jalankan sekarang ini adalah tak lebih hanya sebagai “budaya” warisan dari nenek moyang. Islam sudah kuno. Al Qur’an sudah tenggelam, begitu kata Pak Guru. Kehidupan dalam keadaan dzulumat. Karena itu mari kita songsong munculnya “Kurun Muhammad 2”. Kita harus menikah lagi dengan Al Qur’an, yaitu Al Qur’an menurut Sunah Rasul, bukan Al Qur’an Bahasa Arab.
Pandangan-pandangan seperti itulah yang menimbulkan kegelisahan dan pergolakan bathin.sehingga akhirnya melahirkan beberapa tulisan berupa dialog antara Si Fulan dan Pak Guru dalam bentuk Cerita Pendek. Judul demi judul kemudian saya kirimkan kepada sahabat-sahabat saya di dunia maya dalam forum terbuka di “jejaring sosial”. Alhamdulillah, sambutan cukup antusias dari positif.
Opini dan saran yang masuk ternyata sangat menunjang substansi masalah yang ingin saya sampaikan mengenai ajaran-ajaran komunitas yang “nyeleneh” itu, timbulah ide untuk menghimpun tulisan-tulisan tersebut berikut opini dan saran para sahabat. Maka jadilah “buku Saku” ini yang saya beri judul “Akal Sehat Menolak Paham Sesat. (Beriman saja koq Repot)”
Semoga bermanfaat bagi pembaca.
Salam
                                                                           Cisauk-Tangerang-Banten, Januari 2010
                                                                                                                             Abah Yoyok

Terima kasih dan taqziemku untuk:
Gus Jabbar Hubbi, Halim Haroimain (Jombang-Jawa Timur)
Echi Sofwan (Medan-Sumatra Utara)
Andi Tatta Wahid (Makasar-Sulawesi Selatan)
Anis Soleh Baashin, Aloeth Pathi, Riyad Sukabul, Daryanto Ahmad Zaini, Arif Budiman, Yayok Apfd, Ida Cendrawati, Nadi Swasti, Christina Sari, Susi Ayu, Ca’at Fa dan seluruh sahabat-sahabat Facebook yang telah menyumbangkan pemikiran melalui komentar-komentar yang membangun.
 

 
Buku Kuno Pertama nulis;


                 

PRASASTI
Majalah Mahasiswa Sejarah Fak. Sastra Undip
Izin Terbit
S.K. No. 02/SK/DEK/1994
Pelindung
Ketua Jurusan Sejarah Undip
Pimpinan Umum
Budi Winarto
Sekertaris Umum
Lusiana Octrina
Pemimpin Redaksi
Indah Tri Arifah
Redaksi Pelaksana
Pandu Setyorini, Budi Sutiono, Prihadiningsih
Dewan Redaksi
Yunita, Nurely Yudha S, Zarah, Widianingtyas
Reporter
Dwi Sudarlan, Sulaiman Akbar, Leni, Noer Lutfi, Yulianawaty
Rinto Risdianto, Tien
Fotografer
Muslichin
Dokumentasi
Budi Setiawan
Pemimpin Usaha
M. Amir Ma’ruf
Lay Out
Budi S, Wien
Litbang
Jazuli Reza
Alamat Redaksi
Jl. Hayam Wuruk no.4
Semarang 50241
Pencetak
CV Damad Offset
(024) 551502, 546237




Minggu, 29 Juni 2014

Pamflet Seputar Kegiatan Gandrung Sastra Margoyoso by Goang Doang dkk



Gandrung Sastra # 1: Pemuda di Ruang Sempit. 




Gandrung Sastra # 2 : Sastra 10 November.


Gandrung Sastra # 3 : Seribu Wajah Ibu.


Gandrung Sastra #4 : Hujan di Bulan Januari.


Gandrung Sastra #5 : Kasidah Cinta di Langit Utara.


Gandrung Sastra #6 : Indonesia Raya (Jangan Ada Dusta Di Antara Kita)



 Gandrung Sastra #7 : Pancasila "?"



Gandrung Sastra #8 : Jalan Ke Tujuh Taman Bougenvile


Gandrung Sastra #9 : Tanah Air Satu Tanah Air Indonesia



Gandrung Sastra # 10 : Sastra 10 Syuro


Gandrung Sastra # 11 : Kali Buludan ing Mongso Udan






Kliping Koran tentang Gandrung Sastra




GANDRUNG SASTRA DILAHIRKAN *


Margoyoso- upaya menghidupkan sastra di wilayah utara Kabupaten Pati, mulai mendapat perhatian dari kaum muda. Salah satu buktinya, digelarnya pertunjukan sastra dengan nama Gandrung Sastra Margoyoso, kemarin (14/11)
Coordinator pelaksanaan Gandrung Sastra Ahmad Zakki Mirza mengemukakan penyelenggaraan pentas Sastra di Margoyoso merupakan perwujudan mimpi kaum muda untuk memunculkan sastra kepada masyarakat. Upaya tersebut, kali pertama dilaksanakan pada tanggal 20 Oktober lalu. Rencananya pertunjukan sastra akan terus dilakukan secara rutin tiap bulannya.
“ini merupakan kerja dari para pemuda lintas komunitas. Kami memiliki komitmen bersama untuk menghidupkan kembali minat terhadap sastra bagi masyarakat,” kata lelaki yang akarab di sapa Goang, kemarin.
Tidak terlepas dari judul yang diambil, Gandrung Sastra menurut Goang merupakan ajakan untuk mencintai sastra yang dimiliki bangsa ini. Dengan keberadaan Gandrung sastra ini diharapkan bias menjadi wadah atau wahana bagi kaum muda untuk berapresiasi dalam sastra.
“Gandrung Sastra ini muncul karena rasa keprehatinan dari Pemuda Margoyoso atas ketiadaan ruang dan minimnya dukungan untuk mengapresiasikan karya sastra mereka. Baik berupa puisi, cerpen,narasi,geguritan ataupun yang lainnya” ujarnya.
Selain itu lanjutnya melihat kondisi sekarang, dimana sastra kurang begitu diminati oleh generasi muda. Dari rasa keprehatinan tersebut, menjadikan kesamaan berpikir untuk mewujudkan sebuah ruang di mana mereka bias mengapresiasikan karya sastra sehingga munculah Gandrung Sastra Margoyoso yang juga diharapkan mampu menarik minat pemuda untuk menikmati sastra.
Keberadaan acara tersebut, tidak dimiliki satu komunitas tertentu. Namun, keberadaannya universal di mana setiap orang berhak memiliki dan ikut berpartisipasi untuk kelangsungan dan pengelolaan acara (Sya/lil)

 


*Koran : Suara Merdeka


Sosok Ibu diantara Esai dan Puisi (aktivitas Garasi 10 di awal tahun 2014)

Minggu, 5 Januari 2014

Hari Minggu itu adalah hari pertama Garasi10 beraktivitas di tahun 2014. Berdasarkan ide Rudy Rinaldi, acara yang dipilih adalah peluncuran buku berjudul Mom: The First God that I Knew. Buku tersebut tadinya hanya terbatas sebagai hadiah dari Rudy kepada ibunya yang berulangtahun di bulan Desember. Isi dari buku itu adalah kompilasi tulisan dari kawan-kawan Rudy yang berisi renungan tentang ibu. Namun Rudy kemudian ingin memublikasikan bukunya secara luas. Ia melihat bahwa tulisan-tulisan yang terkandung di dalamnya mungkin berharga jika diketahui orang lebih banyak.

Acara tersebut diawali dengan pembacaan beberapa tulisan yang terkandung dalam buku secara bergilir. Arden membacakan karya dari Mismayani Tahir yang berjudul Ibu, Pergilah dengan Tenang. Tulisan tersebut mengisahkan bagaimana perjuangan penulis dalam menjalani hidup tanpa sosok ibu kandung yang sudah berpulang sejak dirinya masih kecil. Kemudian berturut-turut Ardi membacakan karya dari Bilawa Ade Respati berjudul Astral, Rudy membacakan karya Lucky Ramadhan berjudul Pulang, Ping membacakan karya Driyan Natha berjudul Assalamualaikum, Ma!, dan Lucky membacakan karya Rio Rahadian Tuasikal berjudul Obat
Di sela-sela pembacaan, sering terselip obrolan-obrolan singkat. Termasuk pertanyaan yang muncul dari Rudy, "Mungkinkah membicarakan ibu tanpa menggunakan bahasa yang puitis?" Arden menjawab, "Sepertinya hampir tidak mungkin. Kita mau tidak mau harus menggunakan bahasa kiasan atau metaforis untuk bicara tentang ibu. Bahasa ilmiah, objektif, dan akademis agaknya tidak akan sanggup menggambarkan secara persis bagaimana perasaan kita akan ibu." Seorang ibu juga, dalam diskusi berikutnya, sepertinya tidak punya keinginan kuat untuk tercatat dalam arus sejarah. Bagi mereka, memberikan kasih sayang adalah lebih dari cukup. Kita tidak pernah sungguh-sungguh mengenal siapa ibu dari Jean Paul Sartre, Che Guevara, Mahatma Gandhi, Abraham Lincoln, Siddharta Gautama, dan sebagainya. Bagi seorang ibu, agaknya ditulis dalam sejarah adalah bukan bagian dari cita-cita hidupnya. 
Renungan tentang ibu ini menjadi kurang lengkap karena tidak ada satupun dari peserta yang sudah berperan sebagai seorang ibu. Maka itu diundang Ibu Elly dari Garasi10 untuk berbicara panjang lebar tentang pengalamannya menjadi seorang ibu. Ibu Elly menceritakan bagaimana kekhawatiran seorang ibu pada anaknya tidak pernah selesai sejak dari kandungan hingga dewasa. "Mungkin hanya jika sang ibu berakhir hidupnya, baru berakhir juga kekhawatirannya." Ia mengungkapkan satu kalimat yang membuat beberapa diantara peserta menitikkan air mata, "Seorang ibu mampu mengurusi tujuh orang anak. Tapi tujuh orang anak belum tentu mampu mengurusi seorang ibu." Mungkin sudah hukum alam, lanjutnya, bahwa ibu menyayangi anak sepenuh hati, tapi anak tidak akan bisa menyayangi ibunya dengan porsi yang sama. 
Kata-kata dari Ibu Elly tersebut membuat para peserta terdiam untuk beberapa saat. Ping kemudian memecah keheningan dengan berkata, "Setiap kita ada perasaan tidak suka pada seseorang, ingat bahwa mereka juga adalah anak dari ibunya. Seorang ibu, dimanapun, pasti merupakan sosok manusia yang hebat." Buku Mom: The First God that I Knew pun resmi diluncurkan sore itu dengan harapan sederhana dari para peserta, "Semoga kita semua menjadi orang-orang yang selalu sayang pada ibu."

Jumat, 27 Juni 2014

Antologi Puisi Bisikan Kata Teriakan Jiwa (Untuk Indonesiaku Tercinta)




Judul: Bisikan Kata Teriakan Jiwa
Penulis: Risty Arvel, Ocha Thalib,
Hastira Soekardi, Rusdi El Umar, dkk
Pemerhati Aksara: Risty Arvel
Pewajah Sampul: de A media kreatif
Penata Letak Isi: de A media kreatif
ISBN: 978-602-1203-48-4

===================
Harga: 35.000,-


Kontributor pengisi Antologi Puisi :

1. Rusdi El Umar
2. Tertyanta Surya Buana
3. Hastira Soekardi
4. Yeni Kurniawati
5. Nenny Makmun
6. Siti Fatonah
7. Umi Listyani
8. Ana Widiawati
9. Hariani, S.Pd
10. Tri Adnan
11. Meykke Santoso
12. Leni Ika Wahyudiasti
13. Noor Salamah
14. Imas Hanifah N
15. (Muthia Kamila) Sri Juli Astuti
16. Siti Marwah DM
17. Aziza Zuhroh Sya'bandiyah
18. Eka Safria PA
19. Abi Dini Rosemary
20. Qurotul Aeni
21. Aloeth Pathi
22. Dwi Sri Rahayu
23. Dinu Chan
24. Umi Mar'atikurrohmah
25. Anggi Diah Pitaloka
26. Ausarma,Auliya Sartika Maharani
27. Gadis Wulan Novembrily
28. Mutiara Sakha
29. Faris Yulianto
30. Rintan Putri
31. Utada Tiezha(Tis'atul Lutfiah)
32. Rovika Agustiana
33. Ahamad Solihin
34. VITA LUSTINA
35. Melani Ika Savitri
36. Novi Nurhadianti
37. Iis sugiarti
38. Agus Prasetyo
39. Nur Oriza Sativa
40. Ervi Yuhdwiyani Siregar
41. Novi Diah Wismaningrum
42. Thita AZzmia Permata sari
43. Juni Purnama
44. MaelisheWibowo
45. Desy Listhiana Anggraini
46. Herlin Ernandatika
47. KHOLIFATUROKHMA
48. Iis Kamilah
49. Iffah Najmun Qowiyyun
50. Lissa Marwina
51. Yanti Sebening Embun
52. Trias Apriani
53. Ahsani Taqwyma
54. Annisa Rose Kusuma Winahyu
55. Wahyu Darma Pertiwi
56. Ryan P. Putra
57. Faiz Deja Ramadhan
58. Rosi aria lestari
59. Noval Irmawan
60. Itmamul wafa
61. Miman
62. Fitri Annisa
63. Ari Saptarini (Arishi)
64. Fitri Riama
65. Vivi Tirta Wijaya
66. Nadia Anastasya
67. Henny Puspitasari
68. Zuraini
69. Gebby Adytia Putra
70. Indah Tyas
71. Melyani Dwi Astuti
72. Shinta Sigit Agustina
73. Yuliza Azella
74. Sri Wahyuni
75. Iis Kurniatun

Puisi yang ikut Antologi "Bisikan Kata Teriakan Jiwa untuk Indonesia Tercinta"

 
Tanah Tumpah Darahku
:Buat Besi Merah Putih

Ketika bangun dari mimpi Anak negeri menangis pilu
Dadanya tersayat Tertikam belatinya sendiri
Hatinya teriris menjadi keping-keping
Tersebar meninggalkan Ribuan bahkan jutaan pertanyaan
Sampai kapankah ini berlangsung
Hingga rasa hangat dan percaya menyelimuti
Menyatu dengan jiwa-jiwa yang hampir robek
Mereka tak kan mampu mengusir cintaku
Meski langit mulai gelap
Aku tetap menungguimu pertiwi
Ketika merah tak lagi berwarna merah
Putih tak lagi menjadi putih
Kami tetap memegangimu pertiwi
Meski tiangmu tlah kropos
Diterjang musim
Dimakan rayap
Boyolali, 16 Maret


Aloeth Pathi, lahir di Pati- Jawa Tengah. Karyanya dimuat  Mata Media antologi bersama. kelola Buletin Gandrung Sastra Media & Perahu Sastra. Tinggal di Jln. Ronggo Kusumo 204, Sekarjalak, Margoyoso-Pati. FB: Aloeth Pathi II, E-mail : margoyoso-cah@yahoo.com . No hp; 085225149959