Jumat, 27 Juni 2014

Seniman Kampanyekan Baca-Tulis Lewat Sastra di Trenggalek (Penulis Edy M Yakub)


Surabaya (Antara Jatim) - Seniman dari berbagai daerah di Jatim dan Jateng mengampanyekan budaya membaca dan menulis lewat Gebyar Sastra di Lereng Gunung Jaran Dawuk, Desa Sukowetan, Kecamatan Karangan, Kabupaten Trenggalek, 18-19 Januari.

"Warga kampung Sukowetan berbaur dengan para seniman dari Malang, Kediri, Pati, Magelang, Pacitan, Balikpapan, Surabaya, dan Ponorogo untuk melakukan pembacaan puisi, musikalisasi puisi, monolog, dan diskusi," kata pegiat komunitas membaca dari Surabaya, Diana AV Sasa, Senin.

Diana AV Sasa yang juga pembicara diskusi dalam acara itu menjelaskan Gebyar Sastra yang dihelat oleh Lembaga Literasi 9 Mutiara itu juga diikuti anak-anak kampung Sukowetan yang ikut menampilkan aksi baca puisi dan bermusiknya.

"Acara itu bagus untuk mengenalkan sastra dan budaya baca tulis secara umum kepada warga kampung Sukowetan, apalagi Lembaga 9 Mutiara adalah lembaga yang dipandegani pegiat seni Toni Sapoetra yang merupakan putra asli Sukowetan," katanya.

Menurut dia, gerakan seperti Lembaga 9 Mutiara itu sangat sunyi. "Hanya dilakukan oleh segelintir orang yang jauh dari sorotan publik. Ketika ada putra daerah yang mau melakukan kampanye membaca menulis melalui sastra, saya rasa sangat perlu untuk didukung," kata Diana.

Dalam pandangannya, buku akan membuka pintu bagi anak-anak desa pada masa depan yang lebih baik, karena dirinya mengalami sendiri hal itu.

"Saya juga anak kampung yang dibesarkan oleh buku-buku. Saya ingin lebih banyak anak-anak kampung yang merasakan manfaat buku," kata perempuan yang juga seorang penulis itu.

Oleh karena itu, Diana juga memberikan beberapa buku untuk disumbangkan pada Perpustakaan 9 Mutiara. "Semoga apa yang saya berikan bisa bermanfaat bagi anak-anak kampung di sini. Kelak buku akan membawa mereka pada dunia yang lebih luas," katanya.

Dalam kesempatan itu, pegiat seni Toni Sapoetra yang merupakan putra asli Sukowetan menceritakan awal dirinya mencoba membina komunitas di desa ini untuk mencintai budaya membaca dan menulis pada tahun 2010.

"Sastra adalah salah satu mediumnya. Kehadiran para sastrawan dari berbagai kota di kampung kami justru menambah keyakinan kami bahwa apa yang kami lakukan memiliki kawan seperjuangan. Sungguh suatu suntikan semangat yang luar biasa," ujar Toni sebagaimana dikutip Diana. (*)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar