Rabu, 25 Juni 2014

Antologi Puisi Gemuruh Ingatan







Berikut adalah nama-nama yang puisinya masuk dalam buku GEMURUH INGATAN yang diterbitkan KORBAN LAPINDO MENGUGUAT (KLM) dan URBAN POOR CONSORTIUM (UPC) dalam rangkaian kegiatan sewindu lumpur Lapindo. Mei Yuli Nugrahani, Badruz Zaman, Azizah Zuhroh Sya’bandiyah, Seyhan Zuleha Bachtiar, Eka Safitri, Elok Pradika Purnama Putri, Sufyan ts, O’nong N, Nurul Ilmi El-Banna, A’yat Khalili, Jamil Massa, Dang Amusant, Engar Saputro, Vicky Zulkifli Rauf, Roni Nugraha Syafrini, Munir Lazuardy, Khairul Arifin Angwa, Amir FA, Bella Amanda Jati, F. Rizal Alief, Viyona Leonita Sembiring, Dian Rusdiana, Banyu Bening, Mohamad Rikzam Itaali, Fina Lanahdiana, Gatot Subroto, Budhi Setyawan, Fevi Machuriyati, Irulanam Putrasha, Khairun Nur, Beni Setia, Eddie MNS Soemanto, Kholili el-kasih, Kim Al Ghozali, Aloeth Pathi, Maulidan Rahman Siregar, Aloysius Assyu Aloy , Salama Elmie, Dhieta Praditanurmalia, Aesu Raspati, Rini Yuliafitri, Nastahin Achmad Attabani, Seruni, Hastira Soekardi, Ersta Andantino, A. Warits Rovi, Umi Kulsum, Nuryana Asmaudi SA, Nur Wahida Idris, Eva Al-Faiza Azariyah, Intan Fur’ani Zakiyah, Saut Situmorang, Jabbar Abdullah, Suyitno Ethex, Kedung Darma Romansha, Taufiq, Diana Prima Resmana, Wayan Jengki Sunarta, Nada Ramadhani, Eko Winardi, Novan Captjack, Liestyo Ambarwati Kohar, Rangga Rivelino, Farida Sundari, Erina Puspita, Reky Arfal , Hanna Yohana, Alex R. Nainggolan, Iqbal Baraas, Yacobus Kukuh Wicaksana, Matroni Muserang, Retno Agustin, DG. Kumarsana, Bambang Eka Prasetya. Acara peluncuran buku dan baca puisi akan berlangsung tgl 28 Mei di Tanggul Siring (lokasi Lumpur Lapindo) Sidoarjo.






Genangan Lumpur Lapindo
: Ziarah ke  makam Istriku

dik….
sepuluh tahun yang lalu.. Kita masih bersepeda di jalan ini
Sepulang dari kerja Sebagai buruh pabrik
Akhir bulan kita terima upah
Sisihkan uang gaji di tabung
Rencana buat beli rumah kita
Sepanjang jalan kita masih  lihat bebek berjalan
Berbaris  rapi, pulang kekandang sendiri
Kita seperti sepasang kekasih
Bersepeda susuri jalan setapak
Ya, kita punya sawah sepetak Warisan simbah kakung
Cukuplah  menghidupi keluarga
dik…
Masih ingatkah surau kami
Surau, Tempat anak-anak kita mengaji
Kau selalu tersenyum
Anak bungsu kita cedal mengeja
menghafal huruf hijaiyah

Di depan rumah kita ada pohon mangga
Tempat genduk dan kenang bermain Ayun-ayunan
Petak umpet, loncat tali-temali sepulang dari surau
Ya kenangan kau aku dan anak-anak kita
dik…
Keceriaan dan ketenangan kami terusik
Ketika lumpur berwarna abu-abu
Tiba-tiba menyembur dan tak bisa terbendung
Menghancurkan kami
Menggenangi rumah-rumah kami
Merampas keceriaan anak-anak kami
Seperti di gusur di tanah kelahiran kita
Surau, Kini Hanya Nampak kubah yang tertinggal
Apa yang tersisa semuanya rusak
Kenangan tenggelam dalam Lumpur Lapindo

dik ..
Ingat wakil-wakil rakyat kita Waktu sebelum pemilihan
mereka selalu yang pertama dalam berjanji siap memperjuangkan nasib rakyat.
Mana buktinya?
Sengajakah mereka membiarkan tanah kami ditenggelamkan?
Mereka manusia berhati apa?

Kita seperti diusir dari daerah kami
Bagaimana makam leluhur kami
makam istriku, simbok, Bapak, simbah.
Makam mereka tergenam lumpur
Aku dan anak-anak akan menyekar di atas lumpur

dik..
Lumpur ini semakin meninggi
Tenggelamkan desa, tenggelamkan semuanya
Kemana lagi kita mengadu?
Bila kita berkeluh kesah tentang keadaan kami
Pastilah kami dianggap rewel
Karena semua sudah diganti rugi
Bukan materi yang dapat menyembuhkan kami
Mampukah mereka mengembalikan ingatan-ingatan memori indah kami tentang desa, surau
Tentang keceriaan anak-anak kami
Mampukah mereka mengembalikan kenangan-kenangan kami
Tentang sawah, makam istri dan  leluhur kami?
Mampukah mereka?
Banyak berita Koran , elektronik tentang lumpur lapindo di kupas  di media.
Bahkan banyak  orang-orang manca berkunjung ke Lapindo
Apa yang mereka berikan
Daerah kami menjadi obyek wisata lumpur lapindo
Sungguh menyakitkan
Sengajakah mereka membiarkan tanah kami ditenggelamkan?
Mereka manusia berhati apa?
                                                                               Sekarjalak, 18 Maret 2014



Biodata :
Aloeth Pathi, lahir di Sekarjalak-Pati  16 Maret. Karyanya pernah dimuat  dalam buku antologi bersama, ikut  mengelola Buletin Gandrung Sastra Media serta aktif di Teater Lintang Utara, Lingkar Study Waroeng Kopie (LSWK). Tinggal di Jln. Ronggo Kusumo 204, Sekarjalak, Margoyoso-Pati. E-mail : margoyoso-cah@yahoo.com . No hp; 085225149959

Tidak ada komentar:

Posting Komentar